10.05.2008

Tamique (Episode II), Di Rumah Sakit


Aku semakin penasaran, kenapa bisa terserang strook! Itu yang selalu masih tanda tanya dibatinku tidak percaya, apakah dokter salah diagnosa, ah rasanya tidak mungkin dokter salah!
Yang kutahu strook adalah terjadinya penyempitan pembuluh darah menuju ke otak yang disebabkan berbagai faktor sehingga darah yang seharusnya dialirkan tidak dapat bekerja dengan normal yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah tersebut, biasanya efeknya adalah kelumpuhan sensorik atau sistem pengerak tubuh dan dilanjutkan dengan terjadinya kehilangan kesadaran. Otak adalah bagian terpenting dari tubuh manusia yang tidak dapat menyimpan energi. Otak bertanggung jawab mengendalikan semua organ tubuh manusia seperti berpikir, bergerak dan bereaksi. Untuk melakukan semua ini diperlukan energi.

Untuk mendapatkan energi, Otak mendapat pasokan dari bersirkulasi darah yang yang terus-menerus dipompa dari jantung melalui pembuluh arteri bersama oksigen didalam darah dan nutrisi menuju ke otak sehingga semua bagian tubuh tadi dapat bekerja terus-menerus sepanjang hari tanpa ada jeda. Kalau kita mencoba menganalogikan dengan mesin, dalam tempo satu tahun tanpa di service secara berkala mungkin jantung manusia sudah jim sejak lama, sulitnya membayangkan hal ini apa lagi aku bukan kuliah di kedokteran!.
Keep Your health, teman!
Kucoba menghubungi nomor hp Tamique mudah-mudahan istri atau anaknya yang menjawab untuk sekedar mendapat informasi lain untuk menghilangkan rasa penasaranku. Karena untuk langsung menjeguknya aku belum bisa karena ini masih hari Selasa, aku masih harus kerja mungkin 3 hari kedepan baru bisa menjeguknya di rumah sakit.
Karena nomor hpnya tidak bisa dihubungi, maka aku mencoba mencari informasi dari rekan-rekan kerjanya yang aku kenal. Kulihat di phonebook ada satu nama yang juga rekan Tamique di kampus, beliau sebagai kepala biro administrasi umum. Ternyata nomor ini sudah tidak aktif! Kupkir mungkin nomornya sudah berganti. Karena nomor ini sudah lama sekali tidak pernah kuhubungi. memang sudah hampir 3 tahun tidak pernah mengunjugi kampus. Sehingga komunikasi dengan kawan-kawan disana nyaris tidak ada. Kadang datang ke kampus hanya sekedar untuk bertegur sapa saja. Akhirnya satu hari aku estafet untuk mencari informasi nomor-nomor hp rekan lain akhirnya usahaku tak sia-sia, sore hari aku mendapatkan informasi.
“Assallamullaikum!” ucapku setelah nomor tersebut tersambung.
“Waallaikumsallam, apa kabar pak!” jawaban dari seberang sana.
“Pak Lufti, kabarnya pak Tamique sakitya?” tanyaku lagi.
Lufti adalah salah satu rekan Tamique yang juga Dosen di Universitas Muhammadiyah. Mereka disamping mengajar, juga sekarang sama-sama sedang mengambil program S2.
“Iya, pak !” jawabnya singkat. Aku pun bertanya lebih lanjut kepadanya untuk mendapat informasi lain.
“Bagaimana kejadiannya pak sepertinya sangat tiba-tiba sekali ya!”
“Saya juga mendapat informasi ini dari mahasiswa saya Pak melalui sms, karena sekarang saya sedang berada di luar kota sudah dua hari yang lalu, jadi saya kurang tau persis kejadiannya. Tapi coba bapak hubungi ke pak Yudi, mungkin beliau lebih banyak tahu” jawabnya panjang sambil memerikan nomor hp yang dimaksud. Akupun bergegas mencatat nomor tersebut pada secarik kertas sambil membaca ulang dan memastikan kepada Lufti agar tidak salah catat. Setelah yakin dengan nomor tersebut, lalu kutekan tombol-tombol angka tersebut. Tak lama menunggu akhirnya nomor tersebut tersambung!.
“Hallo!” sapa ku singkat.
“Ya hallo, selama sore!” jawab suara dari seberang sana.
“Pak Yudi ya”, tanyaku.
“Benar Pak, saya bicara dengan siapa ya?”Tanya nya pula.
“Ini saya pak, Surya!” jawabku singkat. Hening sejenak, sepertinya dia mencoba mengingat namaku.
“Teman Tamique, yang dulu bikin program komputer Akademik” jawabku memberi penjelasan agar bisa mengingatku dengan cepat.
“Ya, eh mai fren (my friend, maksudnya), apa kabar lama tak ba-su e!” jawabnya dengan bahasa yang dicampur-campur menyalahi EYD bercanda. Dengan Yudi aku juga kenal tapi tak seperti kedekatan aku dengan Tamique tapi sering juga bercanda, dahulu dia bekerja dibagian Biro Akademik Universitas Muhammadiyah, tapi sekarang aku sudah tidak tahu pasti jabatannya, yang setiap berjumpa dia selalu menyapa dengan bahasa Inggris yang dicampur-campur dengan bahasa lain sehingga lucu kedengarannya. Biasanya kalau bertemu dengan ku selain mai fren atau kadang how are you, lamo tak basue (lama tak berjumpa dalam bahasa minang), my brother. Itu kata-kata yang sering meluncur dari mulutnya.
“Baik!” jawabku singkat. Lalu aku pun langsung menanyakan tentang Tamique kepadanya tanpa basa-basi lain.
“Yud, aku mendapat informasi dari ponakanku yang Kuliah di sini (Universitas Muhammadiyah, maksudku) katanya Tamique terserang strook ya, apa benar?” tanyaku tak sabar.
“Iya, kejadiannya kemarin, saat jam istirahat kami lagi di kantin, kebetulan suasana kantin saat itu juga tidak terlalu ramai. seperti biasa kami ngobrol tentang keadaan kampus, penerimaan Mahasiswa tahun ajaran baru, lalu tentang anak Tamique yang sulung yang sekarang sudah mulai masuk es em u” Yudi menjelaskan.
“Tapi tiba-tiba saja Tamique bilang dia agak pusing kepalanya, aku sarankan minum obat tapi dia bilang enggak apa-apa.”
“kuperhatikan memang saat itu wajahnya cemas dan sebentar-bentar tangan kanannya menekan-nekan dadanya yang sebeleah kiri, lalu dia menundukan kepalanya ke atas meja kantin beralaskan tangan kirinya seperti mahasiswa yang sedang ngatuk mendengarkan mata kuliah yang membosankan. belum sempat aku menanyakan yang lain dia limbung jatuh di sisi meja tapi untunglah ada seorang mahasiswa yang mejanya berendeng disebelahnya melihat dan langsung menangkapnya sebelum terseungkur ke lantai semen. Akhirnya Tamique tak sadarkan diri, saat itu juga dengan dibantu beberapa rekan yang lain yang berada di kantin kami bawa kerumah sakit terdekat Rumkit KODAM“. Jelas Yudi mendetail.
Ternyata informasi dari keponakanku tempo hari sudah semakin menyakinkanku atas informasi tambahan dari Yudi ini. Menurut informasi dari Yudi pula keketahui bahwa Tamique kecewa atas prestasi anak sulungnya yang tidak dapat masuk ke sekolah SMU negeri sehingga menjadi beban pikiran nya. Tapi kalau menurut penilaianku pribadi hal ini bukanlah hal utama yang menyebabkan dia terserang strook. Karena Tamique tak pernah membesarkan masalah-masalah yang serius. Aku yakin ada hal-hal lain yang membuatnya menjadi seperti ini!
Hari sabtu sore aku dan dua teman ku yang juga mengenal Tamique kuajak untuk untuk membesuknya di rumah sakit. Mobil kami meluncur dan tiba sekitar pukul 17.30 wib. Kami pun langsung menuju ruang ICU tempat nya di rawat. Dengan berbekal informasi di bagian UGD kami menuju rang tersebut. Dan salah ruang! Ternyata yang kami masukkin adalah ruang ICU biasa. Khusus untuk yang strook terpisah dua ruang dari ruang tersebut.
Setelah mendapat izin masuk, akhirnya kami memasuki ruang ICU khusus strook. Aroma cairan obat-obatan yang menyeruak sangat menyengat hidung sudah terasa pada saat pintu ruangan tersebut terbuka menyambut kami.
Lalu kami pun masuk setelah sebelumnya membuka sepatu dan berganti pakaian khusus yang telah disediakan. Sepi! yang kudengar adalah suara tit..tit..tit dari beberapa alat diruangan tersebut tak ada suara manusia yang berbicara, beberapa tempat tidur lain berjejer tiga buah yang juga terbaring pasien strook lainnya. Jarak pasien yang satu dengan yang lain tidak ada penyekat dan hanya berjarak setengah meter, sehingga jelas terdengar apabila salah satu pasien tersebut ada yang mengeluh atau kadang mengerang sehingga menambah suasana ruangan yang kurasakan sangat mencekam! Kami hanya terdiam.
Kulihat Tamique berbaring pada tempat tidur pertama dekat pintu masuk dengan selang oksigen yang terpasang pada bagain hidung. Pada bagian dada kiri dan kanan dipasang alat untuk pendeteksi denyut jantung, kaki kiri juga dipasang alat untuk memantau interaksi gerakan kakinya. Kupandangi sekujur tubuhnya mulai dari atas kepala sampai ujung kaki seolah ingin membaca kondisinya saat itu. Kulihat matanya terpejam dengan bagian kepala yang agak tegak. Alat pendeteksi jantung terus berbunyi tit…tit…tit…seirama denyut jantungnya.
Anak sulungnya juga berdiri disampingnya, sebelumnya ada diluar ruangan ikut masuk mengantar kami menjenguk kedalam ruangan. kulihat matanya sembab sambil memegang hp yang kadang berdering, mungkin dari saudara atau dari kerabat yang ingin mengetahui kondisi ayahnya batin ku.
Melihat kondisi Tamique yang berbaring tak berdaya dengan matanya yang tertutup, aku tak dapat berkata apa-apa mulutku seakan tercekat, ada yang mengganjal. Teringat oleh ku dua minggu yang lalu sebelum terserang strook, dia menelponku untuk menanyakan tentang trik pembuatan program aplikasi visual basic seperti biasa kalau berbicara Tamique selalu bersemangat dan berapi-api seperti pejuang tahun 45 yang lagi membicarakan tentang arti merdeka untuk bangsa ini, dan kadang tak lupa diselingin dengan lelucon, sekarang!aku hanya memandanginya tak percaya. Strook! Kata itulah yang selalu muncul dikepala apabila mengingatnya. Kucoba berkomunikasi dengannya dengan memegang tangan dan bagian kakinya seperti dokter yang memeriksa seorang pasien, kutekan sedikit pada bagian kakinya. Lalu kupandangi wajahnya ada reaksi sedikit sewaktu kutekan tadi, lalu kupanggil namanya beberapa kali.
“Tamique…miq…Tamique” sapaku pelan.
“Ini aku! datang sama teman-teman. Pak Erwin dan Pak Rudi, masih ingatkan!” kataku lagi mencoba menyapanya untuk memastikan kondisinya. Lalu kepalanya sedikit menangguk beberapa kali lemah, namun matanya tetap tidak terbuka, aku tidak tahu apa yang dirasakannya. Yang kulihat ada airmata yang mengalir perlahan dikedua pelupuk matanya menambah kesedihan dan rasa empatiku saat itu. ada sejuta kecewa dan penyesalan yang bercampur aduk didalam hatinya pikirku mencoba membaca. Dan lagi Tamique adalah tipe periang sehingga sulit baginya menerima kenyataan seperti ini. Kualihkan pandanganku kearah anaknya yang masih berdiri di sampingnya yang membisu sejak tadi. Kulakukan ini hanya sekedar untuk mengalihkan persaanku yang juga tidak menentu saat itu. Menurutnya kaki dan tangan sebelah kiri tidak dapat digerakkan. Begitu juga dengan mulutnya tak ada sepatah katapun yang dapat keluar dari sana. Hanya erangan lemah dan gerakan tangan kanannya saja yang dapat dilakukannya saat ini apabila ingin memanggil atau ingin berbicara. Dan menurut informasi dari team medis rumah sakit, dokter membatalkan rencana operasi terhadap Tamique karena kondisi jantungnya yang tidak stabil!


No comments:

Post a Comment