1.13.2008

Bapak Kita (BuDaYa LaTah)

Belakangan penyakit bangsa kita mulai kambuh, entah apa dan mengapa aku juga bingung, hampir di setiap saat di koran, radio bahkan TV. yang aktual adalah perkembangan terakhir kesehatan mantan presiden Soeharto yang kalau boleh dibilang dulunya pada saat-saat jaya nya diberi gelar bapak pembangunan. dan manakala era reformasi bergulir sekitar 10 tahun yang lalu kalimat dan sanjungan tersebut seakan hilang terhapus oleh hujatan-hujatan dan makian yang yang silih berganti dari berbagai pihak. bahkan tak jarang orang-orang yang dekat dengan beliau juga ikut latah mengeluarkan kata-kata yg tidak 'enak' (takut dibilang kroni he...he..) yang kalau kita nilai untuk ukuran budaya timur yang menjunjung budaya santun! kata orang bijak 'habis manis sepah dibuang!'

Nah, sekarang di saat-saat beliau sedang kritis mulailah 'tontonan' itu diputar kembali dengan judul baru! orang-orang mulai berdatangan menjenguk baik kerabat maupun pejabat, luar biasa! bahkan ada yang mengatakan "..pak Harto (setelah reformasi jarang orang menyebut 'pak' atau 'bapak' biasanya SUHARTO!) menitipkan bangsa ini ke..." ha...ha... memangnya bangsa ini milik pak Harto apa! dasar poli-tikus.
yah, sebagai rakyat kita cuma bisa menonton pertunjukan mereka(poli-tikus) setiap hari. suka atau tidak tentunya akan dibahas kembali oleh media cetak. Seakan kehidupan dan pikiran kita di set untuk turut merasakan dan berbagi duka. hiks!

Atau mungkin apabila saatnya tiba, si Bapak di panggil sang khalik, akan keluarlah komentar-komentar mereka di TV dan di media lain 'siapa' yang pertama kali memberikan kabar duka ini (walaupun wasiat atau pesan terakhir tidak didapat, he..he...) .
sepertinya mereka ini tidak mau ketinggalan dengan selebritis yang selalu di sorot oleh lampu-lampu dan kamera untuk tampil di TV pada saat-saat bintang mereka mulai pudar dan tentunya dengan membuat cerita dan gosip baru! kita lihat saja.

Jujur aku katakan dari hati yang paling dalam yang kita harapkan adalah keikhlasan kita selaku bangsa yang besar yang menghargai beliau (bapak, kakek, embah) dapat menghadap sang khalik lebih cepat agar istirahat beliau yang panjang dapat dilalui tanpa ada penderitaan phisik dari segala peralatan medis yang melekat ditubuhnya dan 'ditidurkan' oleh para dokter. walaupun para dokter yang berusaha agar kesehatan beliau pulih tapi sebagai manusia kita harus sadar bahwa manusia punya batasan di segala hal, hanya Sang Khalik Yang Maha Penguasa segala-galanya.

Kita tidak tahu sampai kapan kita selalu 'diarahkan' oleh media untuk selalu fokus ke suatu masalah dan akan berpaling ke masalah lain sementara masalah sebelumnya belum tuntas dan masih segar dalam ingatan kita. ini kah budaya latah itu! sampai-sampai media massa juga ikutan latah!

wassalam,